Gajah Mada adalah seorang pahlawan dari Majapahit yang bercita-cita untuk mempersatukan nusantara dalam kedaulatan Majapahit. Gajah Mada merupakan pahlawan yang tegas dan pintar dalam menyusun strategi perang, hal itu terbukti ketika Gajah Mada berhasil menumpas pemberontakan-pemberontakan besar, misalnya pemberontakan Kuti yang dipimpin oleh Ra Kuti yang terjadi pada masa pemerintahan Jayanagara. Pemberontakan Kuti ini merupakan pemberontakan yang berbahaya, karena pasukan kuti bisa menduduki ibu kota Majapahit saat itu.
Namun dengan cerdik, Gajah Mada menyusun strategi, dan hasilnya pemberontakan kuti dapat ditumpas.
Sejak keberhasilan Gajah Mada dalam menumpas
pemberontakan kuti, karirnya semakin menanjak. Atas jasa-jasanya, Gajah Mada
diangkat menjadi seorang Patih pada
pemerintahan Jayanagara. Ia menjadi Mahapatih (MENTERI BESAR) pada masa
Ratu Tribhuwanatunggadewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi (Perdana
Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.
Ketika pengangkatan Gajah Mada sebagai Patih, ia mengucapkan sebuah sumpah
yang kita kenal sebagai “Sumpah Palapa”. Sumpah ini tercantum dalam serat
Paparaton atau beberapa kalangan menyebutnya sebagai Kitab Paparaton, namun
dalam serat paparaton tidak disebutkan nama Sumpah ini. Nama sumpah ini berasal dari penilaian konvensional dan tradisional para ahli Jawa Kuno yang sudah dirundingkan secara matang untuk kemudian muncul nama Sumpah Palapa. Dimana dijelaskan bahwa Gajah Mada tidak akan menghentikan puasanya sampai ia bisa menyatukan Nusantara dibawah kedaulatan Majapahit. Namun ada juga versi lain mengatakan bahwa Gajah Mada tidak akan memakan buah maja sampai ia bisa menyatukan Nusantara dalam kedaulatan Majapahit.
Sumpah Palapa ini ditemukan pada teks Jawa
Pertengahan Pararaton, yang berbunyi
Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada :
“Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring
Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.Terjemahannya adalah :
Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa (nya). Beliau Gajah Mada, “Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru) melepaskan puasa, jika (berhasil) mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru) melepaskan puasa (saya)”.
Dari bunyi sumpah Palapa tersebut dapat ditemukan
beberapa fakta yang penting bahwa yang pertama, gajah mada mempunyai keinginan
yang begitu besar untuk nantinya dapat mengabdi pada kerajaannya karena
mengingat sumpah yang dilontarkannya tersebut bukanlah bersifat min-main
melainkan sudah melibatkan harga dirinya sebagai seorang lelaki dan patih di
kerajaannya. Apabila ia sampai melanggar ataupun tidak dapat memenuhinya maka
nantinya harga dirinya jelas terinjak-injak dan juga anggapan rakyat Majapahit
beserta pejabat Majapahit pada sosoknya akan berubah drastis. Fakta yang kedua
adalah bahwa dengan adanya sumpah tersebut mengindikasikan bahwa pada masa itu
tidak seluruh wilayah Nusantara berada pada kekuasaan kerajaan Majapahit.
Sehingga melihat tersebut Gajah mada merasa tertantang dan tergerak untuk
nantinya dapat menyatukan Nusantara dalam satu kedaulatan utuh. Yang ketiga
adalah bahwa dilihat dari sisi bentuk Sumpah Palapa adalah prosa. Sedangkan
isinya mengandung pernyataan suci kepada Tuhan Yang Maha Esa yang diucapkan
oleh Gajah Mada di hadapan ratu Majapahit Tribuwana Tunggadewi dengan
disaksikan oleh para menteri dan pejabat-pejabat lainnya, yang substansinya
Gajah Mada baru mau melepaskan (menghentikan) puasanya apabila telah menguasai
seluruh nusantara.
Sumpah Palapa ini bukan hanya isapan jempol Gajah
Mada. Semua yang ia sumpahkan memang dilaksanakannya dengan baik. Terbukti
bahwa saat itu wilayah Majapahit meliputi seluruh wilayah Nusantara, dan
beberapa wilayah lainnya.
Wilayah kekuasaan Majapahit sangat luas, bahkan
melebihi luas wilayah Republik Indonesia sekarang. Oleh karena itu, Muhammad
Yamin menyebut Majapahit dengan sebutan Negara nasional kedua di Indonesia.
Demikianlah Kisah gajah Mada Menyatukan Nusantara Semoga Bermanfaat
0 Response to "Kisah Gajah Mada Menyatukan Nusantara [Indonesia] "
Post a Comment